Tangerangraya.id - Muslim zaman now menggunakan banyak sistem penanggalan untuk menjalankan kegiatannya, termasuk untuk menunaikan ibadahnya.
Setidaknya ada dua kalender yang dipakai, Masehi dan Hijriah. Dua sistem penanggalan itu memiliki sistem perhitungan berbeda.
Penanggalan Masehi menggunakan dasar waktu perputaran bumi terhadap matahari.
Awal hari dimulai pukul 00:00:01. Kaum Muslim menggunakan penanggalan Masehi yang juga disebut penanggalan Kristen itu untuk menyusun jadwal salat wajib lima waktu.
Baca Juga: Penumpang TransJakarta Boleh Buka Puasa di Dalam Bus
Sedangkan kalender Hijriah menggunakan dasar waktu perputaran Bulan terhadap Bumi.
Awal bulan dimulai sejak munculnya hilal atau bulan sabit hari pertama.
Hari pertama puasa (1 Ramadan), hari raya Idul Fitri (1 Syawal) dan hari raya Idul Qurban (10 Dzulhijah) dan hari tasyrik (tiga hari setelah Idul Qurban) ditetapkan berdasarkan kalender Hijriah atau penanggalan Islam.
Jumlah hari dalam penanggalan Masehi dan Hijriah berbeda. Masehi menghitung jumlah hari dalam satu bulan antara 28 hari hingga 31 hari, sedangkan kalender Hijriah menghitung jumlah hari dalam satu bulan antara 29 dan 30 hari.
Baca Juga: Bubur Manado, Sajian Sehat untuk Berbuka Puasa
Namun demikian, baik penanggalan Masehi maupun penanggalan Hijriah menetapkan jumlah hari yang sama dalam seminggu, tujuh hari dan jumlah bulan dalam setahun 12 bulan.
Dua anak saya lahir pada bulan Ramadan. Anak pertama dalam kalender Masehi adalah 11 Januari 1996, sedangkan anak ketiga lahir pada 11 November 2003.
Dalam penanggalan Hijriah, seharusnya mereka berulang tahun pada minggu-minggu ini.
Di keluarga Jawa Muslim, tidak hanya dua kalender itu yang digunakan, sebab orang Jawa juga memiliki kalender sendiri yang disebut Saka.
Artikel Terkait
Mie Glosor, Sajian Menu Buka Puasa Khas Bogor
Bubur Manado, Sajian Sehat untuk Berbuka Puasa
Menko PMK: Orang Puasa dan Tidak Puasa Harus Saling Menghormati
Harus ya Buka Puasa dengan yang Manis?
Wedang Tahu Nikmat dan Sehat untuk Buka Puasa